Separuh Mahasiswa UGM Lulus dengan Predikat Cumlaude

8. Separuh Mahasiswa UGM lulus dengan Predikat Cumlaude

Berita terkini datang dari salah satu universitas favorit dan terkemuka di Indonesia, Universitas Gadjah Mada (UGM) baru saja meluluskan sebanyak 3.755 sarjana dan juga diploma. Proses wisuda sendiri kabarnya berlangsung selama dua hari di Gedung Grha Sabha Pramana, UGM Yogyakarta. Apakah Anda tahu bahwa hampir separuh dari lulusan tersebut menyandang predikat cumlaude?

Rata-rata IPK para lulusan UGM tersebut berkisar di antara 3,40 – 3,59 dengan jumlah lulusan sarjana yang cumlaude ialah sebanyak 1.128 lulusan sedangkan untuk lulusan diploma yang meraih predikat cumlaude ialah sebanyak 562 lulusan. Pada periode wisuda kali ini, peraih IPK tertinggi untuk lulusan sarjana berasal dari Fakultas Kehutanan, sedangkan untuk lulusan diploma berasal dari D3 Kesehatan Hewan, Sekolah Vokasi UGM.

Untuk lulusan periode wisuda kali ini, rata-rata dari mereka ialah berumur 22 tahun 10 bulan untuk program sarjana dan 21 tahun 4 bulan untuk lulusan diploma. Bahkan, ada juga lulusan sarjana kedokteran dengan usia 18 tahun 8 bulan 1 hari bernama Aldo Meyolla Geraldino. Sedangkan, untuk lulusan diploma termuda bernama Suka Suci Safitri yang berumur 19 tahun 8 bulan.

Lulusan UGM Wajib Mengabdi pada Masyarakat

Sebagai universitas tertua di Indonesia yang sejak dulu lulusannya selalu diharapkan menjadi pemimpin bangsa, UGM diminta untuk terus membumi. Dengan kata lain, semua lulusan UGM diwajibkan untuk mengabdi pada masyarakat secara umum melalui ilmu dan praktik yang didapat saat berada di perguruan tinggi.

Proses kuliah merupakan proses di mana seseorang sudah harus menemukan jati diri dengan tidak pernah lelah mengembangkan potensi dan kemampuan diri sendiri agar nanti setelah lulus, ia siap dalam menghadapi dunia pengabdian yang sesungguhnya untuk masyarakat. Periode wisuda UGM kemarin sendiri juga mengangkat tema “SDM Unggul, Indonesia Maju”

Rektor UGM sendiri menyampaikan sebuah pidato yang menyebutkan bahwa sumber daya manusia Indonesia yang maju dan berkualitas merupakan kunci sukses dan keberhasilan yang mampu membuat Indonesia menjadi negara maju di masa depan. Dengan begitu, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat dan siap menghadapi Industri 4.0 yang berlangsung.

Harga Plastik Kemasan

Pengabdian lulusan UGM kepada masyakarat merupakan salah satu upaya dalam mendukung kemajuan bangsa. Sehingga masyarakat umum lebih teredukasi untuk bersama-sama memajukan negara dan bangsa-nya.

Wisudawan Diminta Mengantisipasi Jenis Pekerjaan Baru

Rektor UGM sendiri sempat mengutip salah satu pidato Presiden Joko Widodo yang berbicara tentang perkembangan dunia. Saat ini, masyarakat dunia sedang berada dalam dunia baru yang serba bergerak cepat, bangsa akan kalah saat ini tertinggal jauh karena bergerak terlalu lamban. Maka dari itu, Indonesia harus bisa menyamakan pergerakannya dengan negara-negara maju lainnya.

Salah satu cara agar Indonesia dapat menyamakan gerakan cepat negara lain ialah dengan memiliki SDM yang unggul dan juga kompetitif. Bahkan, saat ini sudah banyak jenis pekerjaan baru yang menyesuaikan dengan perkembangan teknologi itu sendiri. Maka dari itu, para wisudawan diminta untuk bisa mengantisipasi berbagai jenis pekerjaan baru yang muncul.

Perguruan tinggi memiliki peran penting untuk mencetak sumber daya manusia unggul dan kompetitif untuk dijadikan sebagai agen perubahan bangsa. Hal tersebut merupakan jawaban atas berbagai tantangan yang saat ini tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia.

Berkembangnya zaman tentu saja memaksa semua lulusan perguruan tinggi agar mampu beradaptasi. Terlebih lagi, saat ini pemerintah sedang gencar untuk meningkatkan kualitas SDM demi menghadapi kemajuan industri 4.0 yang sudah dapat Anda lihat dewasa ini. Maka dari itu, UGM dan perguruan tinggi lainnya memiliki tanggung jawab untuk mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas.

Review Film ALADDIN, Nostalgia Manis yang Tak Seindah Animasinya

8. Review Film ALADDIN, Nostalgia Manis yang Tak Seindah Animasinya

Resmi dirilis pada 24 Mei 2019, film ALADDIN memang jadi salah satu blockbuster yang begitu dinantikan tahun ini. Memulai proyek dengan berbagai kritikan pedas bahkan saat trailernya diungkapkan, ALADDIN justru memberikan banyak keuntungan untuk Disney. Bahkan dengan biaya produksi USD 183 juta, film arahan Guy Ritchie ini sukses meraup USD 1,040 miliar!

Sejak pertama, proyek live action Disney ini memang dibanjiri banyak komentar negatif. Tentu saja tak lepas dari terpilihnya Will Smith sebagai pemeran Genie, si jin biru yang menggemaskan. Di mana dalam versi animasnya rilisan 1992, mendiang Robin Williams tampil sangat sempurna. Cibiran juga diarahkan kepada Marwan Kenzari sang pemeran Jafar yang dipandang kurang antagonis dan terlalu muda.

Bukan cuma itu, cibiran juga dilayangkan kepada dua pemeran utamanya yakni Mena Massoud sebagai Aladdin dan Naomi Scott sebagai puteri Jasmine. Meskipun banyak diremehkan, film ALADDIN kini masuk daftar live action Disney terlaris sepanjang masa.

Bikin Nostalgia, ALADDIN Lakukan Perubahan

Sebagai proyek live action, kisah film ALADDIN memang sama persis dengan animasinya. Di mana Aladdin si pemuda miskin yang hidup di jalanan jatuh hati dengan Jasmine, putri mahkota Agrabah yang cantik jelita. Namun karena tipu muslihat Jafar, Aladdin terjebak di gua yang malah membuatnya bertemu dengan Genie yang bersedia mengabulkan ketiga permintaannya.

Berkat sihir Genie, Aladdin berpura-pura sebagai pangeran Ali Ababwa demi tampil layak di depan Jasmine. Namun Jafar tahu kalau Aladdin menggunakan sihir lampu ajaib dan merampasnya. Aladdin pun ketahuan dan kehilangan Genie. Tak ingin kehilangan sahabat dan cintanya, Aladdin berusaha mengalahkan Jafar dan berhasil menipu daya Jafar sampai akhirnya terkurung di lampu ajaib sebagai jin jahat.

Dari alur di atas, tentu jelas kalau film ALADDIN memang mampu menghadirkan kesan nostalgia yang sangat kental. Alan Menken mengatur musikalitas dengan sempurna serta menampilkan lagu-lagu di versi animasi dalam aransemen modern. Lagu-lagu itupun tampil sempurna dalam adegan film yang menyuguhkan kesan musikal megah ini.

Beberapa contohnya seperti dua lagu yang dinyanyikan Smith lewat Friend like Me dan Prince Ali. Serta tentunya soundtrack utama A Whole New World yang dilantunkan sempurna oleh Massoud dan Scott di atas karpet ajaib. Meskipun adegan Aladdin dan Jasmine sesempurna animasnya, film ALADDIN tak luput dari kesan melempem karena kehilangan sentuhan magis di adegan pamungkasnya.

Berbeda dengan versi animasi, sosok Jasmine di live action tampak lebih kuat dan cukup membuat karakter Aladdin sedikit kehilangan fokus. Aladdin tak ubahnya seorang pemuda yang dimabuk cinta dan Jasmine seolah ingin menunjukkan kemandiriannya sebagai puteri mahkota. Puncaknya, adegan ketika Genie dibebaskan oleh Aladdin tidaklah semenyentuh versi animasinya.

ALADDIN Teruskan Estafet Kesuksesan Live Action Disney

Raihan box office satu miliar dollar membuktikan kalau film ALADDIN sah meneruskan tongkat estafet kesuksesan. Petinggi Disney jelas bisa tersenyum karena ALADDIN yang awalnya diremehkan mampu memberikan kejutan. ALADDIN bahkan langsung menggeser CINDERELLA (2015), MALEFICENT (2014), THE JUNGLE BOOK (2016) dan ALICE IN WONDERLAND (2010).

Berada tepat di bawah BEAUTY AND THE BEAST (2017) dan THE LION KING (2019), ALADDIN menjadi harapan bagus untuk MULAN (2020). Bahkan ke depannya, Disney siap untuk merilis THE LITTLE MERMAID, LILO & STITCH dan PINOCCHIO. Apakah proyek-proyek live action itu bakal sesukses film ALADDIN? Tentu sangat layak untuk dinantikan dan ditonton nantinya, itulah sedikit review film tentang aladdin, semoga bermanfaat.